Perbedaan Tulisan Fiksi dan Non Fiksi | Bullet in Kobimo
Assalamualaikum Wr. Wb
Hay, Kobimoist!
Lama tak jumpa ya? Hehehe. Bagaimana kabarnya, masih semangat menulis, kan? Baiklah, langsung saja ya.
Pasti Kobimoist sudah mengetahui tentang lomba yang diadakan oleh Penerbit Diva Prees yang mencari naskah teenligi, bukan? Karena beberapa hari lalu postingan tentang hal ini sudah terpampang di wall Kobimo. Saya sempat tersenyum-senyum sendiri saat ada yang berkomentar seakan-akan dia kecewa dan tidak tertarik untuk mengikuti lomba ini karena naskah yang diminta adalah naskah nonfiksi, bukan fiksi. Nggak pa-pa. Bagi Kobimoist yang tertarik mengikuti event ini, sila baca postingan ini.
Sebelumnya, mari kita lihat perbedaan tulisan fiksi dan nonfiksi!
Karangan Fiksi adalah karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang, sehingga fiksi sering disebut dengan cerita rekaan. Fiksi biasanya berbentuk novel dan cerpen. Karangan fiksi berusaha menghidupkan perasaan atau mengunggah emosi pembacanya.
Adapun sifat dari karangan fiksi di antaranya adalah :
- Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
- Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.
- Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
- Manusia2 yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
- Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
Sedangkan karangan nonfiksi yaitu karangan yang dibuat berdasarkan fakta, realita atau hal-hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan nonfiktif biasanya berbentuk tulisan ilmiah, laporan, artikel, feature, skripsi, makalah dan sebagainya. Karangan nonfiksi berusaha menarik dan menggungah pikiran pembaca. Bahasa dalam karangan nonfiksi tidak bermakna ganda atau ambigu.
Lalu, mengenai event yang diadakan Diva Press, di mana pihak penerbit meminta tulisan nonfiksi yang mengangkat tema remaja. Sebenarnya, tema ini sangat dekat dengan kehidupan kita, bukankah kita pernah mengalami masalah itu bukan? Kita bisa menulis artikel tentang dunia remaja, misalnya tentang cinta dan pergaulan remaja, tingkah laku remaja saat ini atau mungkin menulis artikel tentang mengusir galau dan patah hati. hehehe, remaja kan memang suka galau dan sakit hati.
Untuk teenligi sendiri, teenligi adalah sebuah karangan yang mengangkat dunia remaja, tetapi sifatnya memotivasi pembacanya, tentulah sasaran dari teenligi adalah para remaja ABG labil. Karena itulah bahasa yang diminta penerbit adalah bahasa remaja yang ringan dan renyah. Hihihi kayak biskuit. Mungkin juga, tujuan dari teenligi ini adalah untuk membantu para remaja dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi. Namun sebenarnya tujuan utamanya adalah mencoba merubah pikiran dan nalar pembaca menuju ke pemikiran yang rasional dan sehat.
Masih bingung? Coba baca salah satu buku nonfiksi milik Diva Press di bawah ini.
- Nyengir Ketupat (Haris Hirawling)
- All About Teen Idols (Haris Hirawling)
- Aku Pasti Bisa (Anico Laranta)
- Tahajjud-Minded (Iqro’ Firdaus)
- Dating Yes or No? (Muhammad Areya Laranta & Fathimah Anico Laranta)
- Kalo Cinta Jangan Ngajak Setan Dong! (Muhammad Areya Laranta)
Oke, semoga bermanfaat, ya? Salam
22 Juni 2014
Yhati Melody
Post a Comment