Header Ads

Editor Talk - Rina Lubis | Festival Sastra Online

Festival Sastra Online Kobimo: Writer Talk Bersama Rina Lubis (Editor DIVA Press)


By Koko Ferdie on Saturday, June 7, 2014 at 6:41pm
Selamat malam Kobimoist sejagad raya. Pasti sudah menunggu sesi writer talk kali ini. Ya, kita akan mengenal lebih jauh tentang dunia penerbitan. Namun sebelumnya mari kita kenalan dulu dengan narasumbernya.

Nisrina Lubis adalah editor senior Penerbit Diva. Dari tangan dinginnya telah banyak lahir novel-novel yang disukai pembaca. Sebagai editor, Rina Lubis Stone, demikian ia biasa dikenal di facebook, sangat memperhatikan detail dan konflik. Baginya, konflik cerita boleh saja satu, tapi mesti ada sub konflik untuk mendukungnya agar cerita menjadi lebih tajam dan memancing rasa penasaran.

Berikut kata pengantar dari beliau.

Zaman sekarang, dunia publishing sudah bukan lagi hal yang asing di telinga kita. Jumlah penerbitan sekarang semakin bertambah banyak pilihan bagi teman-teman yang ingin mempublikasikan karyanya. Sangat berbeda dengan dahulu, di mana akses ke penerbit sangat sedikit, dan penerbit yang lazim di telinga itu hanya beberapa. Maka, saya rasa, ini menjadi kesempatan baik bagi teman-teman untuk mewujudkan impiannya memiliki buku dengan namanya tertera pada bagian sampul depan.
Untuk bisa menembus seleksi sebuah redaksi, teman-teman tentu harus mempunyai sesuatu “keunikan”  pada naskahnya. Saya menekankan pada keunikan, karena soal tema cerita, hanya akan berputar hal-hal yang itu-itu saja. Tema cinta misalnya, soal cinta segitiga, cinta terlarang, kasih tak sampai, dan variannya.Y ang membuat sebuah naskah menjadi unik datang dari cara penceritaan dan sudutpandang. Sering kali saya temui penulis yang berusaha menunjukkan bahwa naskahnya layak terbit, tapi mengabaikan poin penting bahwa para pembaca ingin mencari hal dari buku bacaannya. Kami berusaha untuk memenuhi kebutuhan itu, maka konsekuensinya, seleksi haruslah mengutamakan poin tersebut.
Poin lain yang tidak kalah utama dalam pertimbangan layak atau tidaknya naskah untuk terbit adalah teknik menulis. Saya rasa, problem ini dapat terselesaikan dengan latihan rutin yang disiplin. Di samping itu, tidak sulit untuk mencari kelas-kelas menulis, mulai dari komunitas kecil hingga beranggotakan ratusan bahkan ribuan orang seperti #KampusFiksi dan KOBIMO. Teori menulis dasar sebenarnya hanya itu-itu saja, praktiklah yang membedakan hasilnya. Jangan terpaku padastatement  bahwa menulis itu harus meluangkan waktu khusus berjam-jam di depan komputer, sehingga dengan kegiatan yang begitu padat, menulis jadi mustahil dilakukan. Padahal  tanpa disadari, kita sering banget membuang percuma waktu yang berharga dengan bermain twitter atau facebook. Kalau teman-teman mau, bisa lho menghasilkan beberapa paragraf tulisan dalam waktu 10 menit itu. Bukankah ada peribahasa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit? Dari tulisan teman-teman yang memanfaatkan 10 menit waktu luang, bisa  menjadi cerpen atau novel. Mari mulai berkomitmen pada diri sendiri untuk memanfaatkan waktu luang dengan menulis.  

Salam,
Rina Lubis

Untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai acaranya. Boleh langsung bertanya asal sesuai tema hari ini ya Kobimoist. ^_^

Jamingatu Banjarnegara: Assalamualaikum …, boleh langsung bertanya ini? Malam Kak Lubis, bagaimana cara membangun sebuah konflik dalam novel?
Membangun konflik dalam novel itu perlu perencanaan, coba kumpulkan beberapa konflik yang ingin diangkat ke dalam novel. Buat outline, pilih lagi konflik yang bener-benar kuat, tinggalkan yang lain. Harus ada proses untuk konflik, mulai dari ada, naik ke permukaan, memuncak, lalu masa stabil. Kalau nggak ada itu, maka hanya datar saja ceritanya.
Annisa Maharani: Butuh waktu berapa lama untuk menunggu sampai karya kita bisa diterbitkan, Kak?
Butuh sekitar 4 minggu buat kami memeriksa sebuah naskah sampai penulis mendapat konfirmasi keputusan terima atau tolaknya, dan untuk diterbitkan bisa berbulan-bulan, panjang ya prosesnya
Nerin Richa: Di penerbit Diva sendiri, jika ada naskah yang di-acc dengan setting luar negeri, apakah pihak penerbit juga men-survey (mencari info) lokasi yang menjadi setting novel tersebut?
Proses itu biasanya dilakukan ketika editing. Kalau settingnya memang tempat yang tidak familiar, editor akan lebih banyak mencari tahu ke sumber-sumber internet. Pada dasarnya, penulis bertanggung jawab untuk konten naskah.
Ratna Shun Yzc: 1. Apakah penerbit selalu mengecek keaslian naskah? Jika iya, bagaimana caranya? Apakah dicek per bab atau bagaimana? 2. Apakah penerbit (khususnya Diva Press) pernah menemukan naskah yang sudah diterbitkan ternyata ada sebagian atau seluruhnya plagiat? Jika pernah, bagaimana mengatasinya? 3. Apakah penerbit menentukan gaya selingkung atau standar EYD mereka sendiri? 4. Idealis atau tren pasar?
1. Setiap penulis wajib mencantumkan pernyataan keaslian dan wajib dipertanggungjawabkan. 2. Batas-batas plagiat masih sangat sulit ditentukan. Buku-buku nonfiksi bisa saja dicap plagiat, untuk novel susah. 3. Ya, ada selingkung DIVA, dan itu sudah pasti akan berbeda dengan selingkung penerbit lain. 4. Keduanya.
Astrid Dorothea: Malam, Kak Rina. Kakak, mau tanya dong, aku kan udah ada naskah novel udah jadi. Tapi bingung musti edit dan rapiin setiap bab itu mulai dari mana. Kadang kaget sendiri karena banyak banget. Jadi, naskahnya masih begitu aja, Kak. Belum diedit.
Mulai dari awal. Jika seorang editor bisa 4-5 kali membaca naskah, kamu harus 2 kali lipat lebih banyak. Self editing harus dilakukan sebelum naskah dikirimkan kepada penerbit.
Koko Ferdie: Langsung saja nih dengan pertanyaan pertama dari saya. Sebenarnya proses editor, terutama di penerbit diva press, dalam menyeleksi naskah yang masuk sendiri bagaimana ya, Kak? Apa yang dilihat terlebih dahulu di antara ribuan naskah yang masuk.
Naskah yang unik punya kesempatan lebih besar untuk diterima. Bagus itu perkara relatif. Penulis bilang bagus, penerbit bilang enggak, ya tunggu dulu. Begitu sebaliknya. Maka setiap penulis kudu tahu kelebihan naskahnya dibandingkan dengan karya-karya yang sudah terbit.
Astrid Dorothea: Gimana caranya biar bisa mengedit dengn baik dan fokus? Thank, Kak.
Tinggalkan pekerjaan lainnya dan mengeditlah. Meski bisa multitasking, sebaiknya jangan dilakukan. Editing itu adalah membaca, memperbaiki, menambah, atau mengurangi sesuatu dalam naskah jadi.
Aditya Cakrasei: Seberapa penting halaman 1 dan 2 bagi editor? Apa benar ada editor yang mempertimbanngkan sebuah naskah hanya dengan membaca sekilas sinopsis dan halaman pembukaannya saja Kak Rina Lubis Stone? Khususnya di diva.
Halaman 1 dan 2 itu gak penting, biasanya dipakai sebagai persembahan dan thanks to, bab pertama dan kedua memegang peranan. Nggak bisa sembarang menilai hanya dari sinopsis lalu tolak atau terima. Bab-bab pertengahan dan akhir juga dipertimbangkan.
Nur Oktaviani: Kak Rina, sebenarnya apa yang membuat naskah sering ditolak? Hal apa saja yang harus dihindari agar naskah kita layak terbit?
Jumlah halaman tidak memenuhi persyaratan, terlalu tipis atau terlalu tebal. Lalu abai dengan EYD, kalimat yang terlalu berputar-putar, penggunaan tanda baca yg asal-asalan.
Meilina Istanti: Selamat malam, Mbak, sudah dimulai kan? 1. Menurut buku yang saya baca, EYD itu harga mati. Bagaimana kalau EYD dalam naskah masih kurang baik? Apakah langsung ditolak?
Hmm, saya pribadi tidak sepakat. Pertama, para penulis sama sekali bukan editor yang mengerti EYD. Tapi untuk hal-hal standar seperti penggunaan tanda baca, lalu huruf kapital, penulisan “di” yg disambung dan dipisah, itu harus tahulah. Sangat standar. Di sekolah kan sudah ada dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Annisa Maharani: 1. Butuh waktu berapa lama untuk menunggu sampai karya kita bisa diterbitkan, Kak? 2. Apakah dari pihak penerbit ada pemberitahuan jika karya kita tidak layak dimuat? 3. Lalu, apakah ada standar lain yang diberikan oleh penerbit selain yang kakak sebutkan di atas, atas sebuah karya yang ingin diterbitkan?
1. Sekitar sebulan 2. pasti, pihak sekred akan mengabarkan via email masing-masing penulis. 3. penulis yang punya komunitas besar, punya peluang naskahnya diterbitkan, demikian juga dengan yang sudah punya banyak karya di penerbit mayor.
Gladys Mahardhika Sandy: Mau tanya nih mbak Rina Lubis Stone. Katanya tiap penerbit punya pertimbangan-pertimbangan sendiri untuk menerima naskah? Dari penulis yang pernah saya tanya, katanya waktu ngajuin naskah ke penerbit A ditolak, terus diajuin ke penerbit B diterima. Titik ukur/penilaian penerbit dari sebuah naskah apa mbak? Apakah Penerbit DIVA punya titik ukur tersendiri?
Tiap penerbit punya standar masing-masing. Misal penerbit A tidak menerima naskah fantasi, penerbit B menerima. Ada juga yang tidak menerima fan fiction ada yang menerima. Untuk diva sendiri, naskah-naskah romance adalah yang paling besar kesempatannya diterima.
Ghinna Rahmadhani Kak, seperti yang kakak bilang setiap tema pasti itu-itu saja yang membedakan adalah gaya penulisan. Pertanyaan saya : gimana caranya kak buat novel yang endingnya gak langsung bisa ketebak?
Buatlah alur yang rumit. Novel dengan alur linear apalagi terfokus hanya pada tokoh utama, akan sangat mudah ditebak endingnya. Masukkan subkonflik, perbanyak karakter, tapi jangan kebanyakan, setiap tokoh karakternya harus beda. Masukkan kejutan-kejutan di pertengahan cerita. Setiap bab harus ada daya pikatnya.
Agatha Vonilia Marcellina: Mau tanya nih …, setiap tulisan pasti berhubungan dengan diksi. Apakah dalam Penerbit DIVA ada diksi-diksi tertentu yang dianggap penting dan menjadi tolok ukur penulis ini dapat dikatakan unik?
Tidak ada, unik itu dilihat secara keseluruhan. Sering saya temukan penulis yang memaksakan diri dengan diksi-diksi puitis tapi rasanya jadi lebay, gak cocok dengan naskahnya yang populer.
Zahra Diyzha: Kak Rina Lubis Stone salam kenal aku mau tanya tentang outline kak, aku merasa terpaku pada outline tapi kok bahasaku jadi kaku yah? apa yang harus saya lakukan?
Tidak ada hubungannya antara outline dengan bahasa dalam naskah. Outline adalah panduan untuk menulis cerita, banyak membaca buku-buku yang temanya kamu pilih, misalnya mau nulis buku remaja, bacalah yang remaja.
Redy ‘Ugeng’ Kuswanto: Tanya dong. Katanta diva saat ini nggak menerima naskah fiksi lagi, ini bikin galau… Alasannya apa Mbak Rina Lubis Stone?
Stok naskah yang harus diterbitkan sangat banyak, ada yang harus menunggu sampai 2 tahun, kasihan, lebih baik stok itu dihabiskan dulu baru buka penerimaan lagi. Ada jalur lain, ikuti kampus fiksi reguler, kamu boleh kirim naskah kapan aja.
Meilina Istanti: Mbak, apakah dalam proses editing, diksi itu sangat penting?
Diksi itu penting dalam proses menulis, bukan editing.
Reffi Dhinar: 1. Bagaimana cara seorang editor mengetahui naskah novel itu hasil plagiat atau tidak? 2. Sebagai penulis kita biasanya dianjurkan melakukan self editing, syarat mutlak apakah yang wajib dikuasai penulis agar hasil self editingnya cantik?
1. Plagiat yang seperti apa? Copy paste? Kalau untuk buku nonfiksi akan mudah, untuk novel tidak mudah. 2. Pastikan naskah kamu enak dibaca dan patut dibaca orang lain. EYD, referensi baca yang luas, dan rasa percaya diri.
Zahra Diyzha: Setiap bulan pasti naskah yang masuk banyak banget kan kak? Bagaimana proses review kakak terhadap novel-novel itu? Kasih tips untuk mencuri hati kak Rina Lubis Stone?
Saya mudah jatuh cinta dengan naskah yang konten, tampilan, dan semuanya sempurna.
Ghinna Rahmadhani: Kak, poin-poin apa saja yang harus ada dalam sebuah novel selain konflik? Supaya orang lain (pembaca) tidak mudah bosan.
Tokoh dan penokohan harus kuat, setting harus jelas (tapi bukan berarti detail jadi porsinya terlalu banyak), tema gak harus barus tapi cara penceritaan yang baru lebih dipertimbangkan. Semuanya harus imbang, termasuk ada pesan moral juga.
Hanazawa Maryam: Mau tanya nih, Mbak. Jika ada sebuah naskah masuk, idenya unik, tapi EYD berantakan. Apa naskah itu masih diterima?
Kalau skala jeleknya 1-10 dan dia berada di angka 1, tolak saja. Biar dia belajar lebih keras lagi dan menjadi penulis itu butuh mental baja.
Nukfie Chasanah: Salam kenal Kak Rina Lubis Stone.
Kalau naskah yang kita kirim tidak ada kabarnya selama 3 bulan lebih, bisakah langsung mengirimkannya pada penerbit lain?
Tanyakan dulu ke penerbitnya, pastikan dulu. Mungkin ketika dikirim belum sampai, atau naskah hilang di jalan, atau gimana.
Elin Yuningsih: Dear Mbak Rina, bagaimana cara membuat konflik yang standar (misal: cinta segitga, tanpa restu, atau cinta masa lalu) menjadi menarik walau nanti si pembaca tahu antiklimaksnya atau penyelesaian di ujung cerita. Apa harus ceritanya dibuat ‘gantung’ (open ending)?
Ending itu terserah kepada penulis, yang menjadi menarik adalah bagaimana kamu mengolah konfliknya, tidak menyerupai buku-buku yang sudah ada. Gunakan cara pandang yang baru. Dan soal ending, banyak yang salah kaprah dengan ending gantung. Mungkin maksudnya adalah ending yang terbuka, di mana cerita sebenarnya sudah selesai tapi pembaca diberikan kesempatan menebak-nebak, bukan cerita yang sebenarnya belum selesai. Itu beda.
Chairunnisa Suwarjo: Yang mau aku tanyain, naskah seperti apa sih yang membuat editor merasa benci banget sampai harus menyingkirkan naskah tsb? Biar kita bisa menghindari kesalahan dan tipe-tipe naskah demikian gitu kak.
Naskah FAN FICTION, kalau bisa tidak dikirimkan ke diva. Saya rasa ada penerbit yang khusus mempublikasikan fan fiction
Elin Yuningsih: Sebagai seorang editor, bila diharuskan hanya membaca satu paragrf dari naskah, maka naskah seperti apa yang akan mba pilih dan loloskan?
Paragraf yang memperlihatkan banyak adegan tanpa melulu pola SPOK. Saya suka dengan penulis yang lincah dan tidak sibuk dengan detail-detail yang sebenernya gak penting.
Novel: Apakah dalam penulisan novel harus kaya akan diksi atau hanya puisi saja? Kalau naskah yang dikirim lolos penerbitan apakah akan mendapatkan royalti?
Kaya diksi itu nilai plus kalau puisi gak semua orang bisa memahaminya. Ada 2 pilihan untuk kontrak penerbitan, royalti dan oplah.
Adam Yudhistira: Salam Mbak Rina saya langsung tanya saja, ya Mbak Pertanyaan 1, sejauh ini (yang saya tahu) penerbit Diva lebih cenderung memilih konten-konten naskah islami dan remaja saja ya? Nah, pernahkah Penerbit Diva menerbitkan buku-buku dengan tema lain, semisal Biografi, Politik, Sejarah, dll?
1. Tidak, kami semua genre, kecuali fan fiction dan mulai mengurangi fantasi. Untuk buku-buku lain juga ada kok, untuk nonfiksi kami hanya tidak menerbitkan komputer dan teknologi.
Redy ‘Ugeng’ Kuswanto: Tanya; penerbit diva press banyak menyodorkan event-event lomba, apakah ini salah satu cara Diva mencari naskah yang sesui dengan keinginan?
Ya dan tidak, untuk lomba-lomba semacam zero to hero atau aku ora popo, sama sekali tidak ke situ.

Zi: Duh, jadi bingung kan mau tanya apa. Ah.
Yaudah tabya ini aja deh. 1. Mbak Rina Lubis Stone, misalkan saya sekarang punya naskah yang unik. Pokoknya belum ada ide cerita yang kayak gini. Terus paham Eyd lah. Ngerti dasarnya kayak gimana, kalimatnya efektif dan kawan-kawannya. Tapi kelemahannya itu ada pada diksi yang biasa-biasa saja. Apakah itu bisa masuk kriteria untuk diterbitkan? 2. Masalah revisi. Biasanya penerbit diva khususnya, meminta penulis yabg udah di acc karyanya kayak gimana? Apa revisi bagaian kecil aja atau justru bagian vital yang hanya penulis yang paling paham. 3. Masalah royalti. Setiap penulis kan royaltinya jelas berbeda-beda. Menetukan royalti itu berdasarkan apa saja? Meskipun begitu, kebanyakan penulis pemula kan biasanya terima aja berapapun royalti yang dikasi, padahal royalti juga penting untuk keadilan. Hehe
Udah tiga. Semoga sesuai tema. Terimakasih mbaq sudah berkenan menjawab.
1. Tetap dilihat secara keseluruhan. Banyak novel yang diksinya biasa, tapi ceritanya tidak biasa. 2. Tergantung permintaan editor. Ada yang perbaikan mikro ada yang makro. Makro itu kalau kitannya ada cacat logika yg sangat fatal. Harus dirombak di banyak titik. 3. Besaran royalti paling mudahnya dilihat dari jam terbang penulis. Makin tinggi namanya, tawaran royalti dari penerbit makin besar. Makin laris karyanya, nominal pun juga akan mengikuti.
Chairunnisa Suwarjo: Aku mau nanyain tentang proposal naskah. Udah ada yang nanya sih, tapi pengin tahu lebih dalam lagi, apa aja yang harus diperhatikan dalam membuat proposal naskah agar naskahnya dilirik editor?
Cantumkan kelebihan karya kamu. Jangan menuliskan begini: ini karya yang sangat bagus dan pasti akan bestseller. Penerbit akan menyesal kalau menolaknya.
Ulfah Nauriyah: Belajar EYD itu sulit-sulit gampang, gampang-gampang sulit kan mbak rina Bagi orang yang baru berusaha jadi penulis tentu sangat sulit membuat kalimat efektif. Apakah editor akan mengabaikan naskah dengan ide cemerlang dan sedikit kesalahan EYD?
EYD itu teknis, bisa dilatih, dan berlatih EYD lah selama menulis. Itu akan menaikkan skill kamu sendiri. Self edit juga akan sangat membantu.
Aris Rahman Yusuf: 1) Tentang gaya selingkung. Kenapa itu berbeda di tiap penerbit? bukankah udah ada pedoman kata baku dan tak baku? 2) Untuk pemula menurut Kak Rina misal karyanya diterima penerbit, untuk royalti sebaiknya pilih mana? Royalti, jual putus atau sistem DP? kenapa harus memilih itu? 3) Jika sering menulis dan dikirim ke berbagai media atau penerbit tapi selalu ditolak, padahal dia merasa tulisannya udah sama dengan visi misi media/penerbit, bagaimana tips agar dia nggak down. Makasih.
1. Baku itu bukan berarti harga mati. Dan penerbit punya pertimbangan sendiri 2. Di diva ada 2 untuk fiksi: royalti dan oplah. Royalti kadang dengan DP, oplah itu bayar di muka. Untuk penulis baru, pilih oplah lebih aman 3. Terus berkarya. Ditolak itu bukan ukuran naskah jelek.
Agatha Vonilia Marcellina: Sewaktu ikut bedah buku naskah yang telah kita kirim kepada penerbit meskipun telah ditolak biasanya diberi sedikit review dan referensi sehingga kita dapat melakukan pengeditan dan mendapat masukan-masukan baru. Apakah Penerbit Diva juga melakukan hal serupa atau naskah hanya dikembalikan langsung kepada penulis?
Tidak semua naskah kami beri masukan, yang punya potensi saja.
Adam Yudhistira: Pernah nggak nemuin naskah bagus, tapi bikin gondok dan darah tinggi karena abai EYD dan teknis-teknis kepenulisan? Kalo pernah ketemu naskah yang beginian, langsung buang atau terima dengan catatan-catatan?
Kadang buang, kadang kasih masukan juga, jika dikasih masukan, si editor pasti punya pertimbangan sendiri
Gladys Mahardhika Sandy: Tanya terakhir, hehe kata mbak Rina, Penerbit DIVA lebih menyukai naskah cerita genre romance. Nah, kalau bicara masalah cinta pasti udah banyak novel-novel cinta hebat diluar sana. Kalau kita suka dengan salah satu novel romance dan tertarik untuk membuat cerita baru berdasarkan novel tersebut apakah boleh mbak? Lalu, apakah naskah yang ditolak dapat diajukan ke penerbit lagi (penerbit yang sama) setelah diperbaiki mbak?
Kalau terinspirasi dengan sebuah novel, gak masalah, tapi jangan menjiplak. Itu dilarang. Jika ditolak, lebih baik ditawarkan ke penerbit lain, mungkin memang belum jodohnya.
Alfa Anisa : Hadir, mau tanya. Kesalahan fatal apa saja yang sering mbak rina temui dalam mengedit naskah? Padahal naskah itu dalam hal ide adalah menarik dan cukup disukai pasar.
Logika cerita, salah menyebut tokoh, karakternya terukar-tukar, penulisan tokoh, nama tempat, atau nama-nama lain yang di halaman satu dan berikutnya beda-beda. Pusing mana yang benar.
Nukfie Chasanah Kak Rina Lubis Stone, apa tips agar tetap fokus dan setia sama outline? Soalnya suka lari dari outline.
Tidak ada yang melarangmu mengembangkan outline jika kamu mampu memastikan ceritanya jadi makin keren kalau tidak, disiplin pada outline
Liza Dwi Nanda: Salam kenal, Kak Rina, mau tanya nih. Genre apa yang paling dicari pihak diva? Dan satu lagi, Kak. Apa pihak diva menerima novel yang secara tak sengaja hampir mirip ceritanya dengan novel lain, tapi memiliki satu konflik yang berbeda di tengah cerita? Makasih, Kak.
Romance, horor, komedi, petualangan. secara tak sengaja mirip? Apa bedanya layla majnun dengan romeo & juliet? storylinenya sama, penceritaan yang berbedalah yg menjadi pembeda.
Zahra Diyzha 1. kak Rina Lubis Stone apa sih kesalahan-kesalahan EYD yang sering di lakukan penulis kak yang sering tidak disadari penulis? katanya kak editor itu biasanya memihak pada penulis yang sudah di kenal, sehingga karya penulis itu lebih mudah diterbitkan? benarkah itu kak? 2. Setiap bulan pasti naskah yang masuk banyak banget kan kak? Bagaimana proses review kakak terhadap novel-novel itu? Kasih tips untuk mencuri hati kakak Rina Lubis Stoneong.
Ini tadi udah dijawab belom ya? 1. Salah ketik, salah tanda baca, salah huruf kapital, dll. ya memang penulis yang punya nama lebih disayang editor, jangan sampai lari ke penerbit tetangga 2. Proses review sangat panjang. Dibaca intinya
Fithriyah Rahmawati: Malam. Salam kenal semua. Kak Rina. 1. Naskah seperti apa sih yang saat ini sedang dicari-cari penerbit diva? 2. Bagaimana proses penerbitan buku itu? Mulai dari naskah masuk editor sampai menjadi sebuah buku.
1. Naskah unik, beda, spesial, dan gak kepikiran sama redaksi 2. Singkat aja ya: naskah ke editor lalu proofreader 2 kali, lalu setter sembari pembuatan cover lalu cetak file jadi seng lalu cetak lalu binding lalu disorting dan jadi buku deh.
Gladys Mahardhika Sandy: Tanya lagi mbak, tips apa yang bisa mbak Rina berikan bagi para calon penulis baru agar bisa berlomba dan tidak kalah bersaing dengan penulis yang sudah tenar (sudah berkontribusi dengan penerbit sebelumnya) ? Katanya kalau sudah pernah nerbitin buku sebelumnya lebih gampang daripada pertama kali ngajuin naskah, apakah benar mbak?
Jadilah berbeda, jadilah unik, jangan mau yang pasaran. Penulis itu seniman juga lho. Pertanyaan kedua: nggak juga, kalau karya selanjutnya lebih jelek, mending tolak aja kan
Anissa Gatriana Sari: 2. Tentang POV ni kak, apakah diserahkan ke penulis sepenuhnya atau ada campur tangan penerbit? 3. Apa saja tips-tips agar cerita kita menarik dan layak untuk diterbitkan . Terima kasih kak Rina Lubis Stone.
2. Itu sepenuhnya sesuka-suka penulis 3. Buatlah cerita yang beda, sering baca buku, menggabungkan ide dari beberapa buku dll.
Adam Yudhistira: Pertanyaan # 3 (dan terakhir) Mbak sebagai seorang editor membaca naskah dan memutuskan naskah layak cetak atau tidak itu dari membaca sinopsis naskah atau membaca bab pertama naskah? Terima kasih Mbak Rina Lubis atas jawaban-jawabannya, Sukses untuk Anda dan Penerbit Diva Salam.
Sinopsis, bab 1, 2 lalu bab tengah, bab akhir.
Ulfah Nauriyah: Pertanyaan terakhir. Seberapa pentingkah judul naskah dalam pemilahan naskah yang akan di acc? Apakah penulis yang naskahnya diacc harus menuruti semua perintah editor bless tanpa memikirkan idealismenya sendiri? Terima kasih sudah berkenan menjawab, Mba Rina. Salam hangat
Kalau penulis kesulitan dengan judul, itu bukan hal penting. Redaksi bisa membantu membuatkan judul lihat dulu apa saja masukan dari editor, apakah memang berkaitan dengan idealisme atau sebatas editing.
Fina lanahdiana: Novel dengan alur linear apalagi terfokus hanya pada tokoh utama, akan sangat mudah ditebak endingnya. masukkan subkonflik, perbanyak karakter, tapi jangan kebanyakan, setiap tokoh, karakternya harus beda. masukkan kejutan2 di pertengahan cerita. setiap bab harus ada daya pikatnya <= maksud dari ‘terfokus pada tokoh utama’ gimana ya? bukankah jika tidak terfokus pada tokoh utama justru kelak akan menimbulkan kerancuan ‘ini yang mana tokoh utamanya sih?’ mohon pencerahannya, mbak rina.
Dari bab ke bab hanya fokusnya ke satu orang, padahal selingan konflik itu juga dibutuhkan pembaca. penulis harus menentukan porsi tokoh utama dan tokoh pendukung, beda-beda.
Annisa Maharani: Kak Rina Lubis Stone lalu apakah ada patokan dari penerbit, misalnya bulan ini kita menerbitkan khusus novel, bulan selanjutnya khusus kumpulan cerpen, dst?
Setiap bulan kami hanya menerbitkan novel saja.
Alfa Anisa: Pertanyaan kedua, bagaimana cara menentukan novel itu menjadi best seller, selain pada penjualannya. Apakah seorang editor itu juga bisa memperkiran novel itu kelak bestseller atau tidak? gimana biasanya kriterianya?
Bestseller itu rahasia Tuhan, editor hanya bisa gambling, menebak-nebak aja.
Aang Munawar Em Es: Selamat malam, Mbak Rina. Salam kenal. Saya mau tanya. Untuk novel yang berseting lokalitas, apakah mutlak harus banyak dialog dgn menggunakan bahasa setempat? Atau cukup beberapa sebutan atau.istilah tertentu yg selebihnya dideskripaikan dgn bahasa Indonesia?
Masukkan sebisa mungkin unsur lokalitas, termasuk bahasa dan logatnya, riset menjadi penguat sebuah karya.
Kusen St: Jika kita mempunyai cerita yang cukup unik dengan ending menarik tapi cara penulisannya masih biasa belum menggunakan diksi yg bagus, apa masih ada kemungkinan diterima? 2. Tolak ukur apa yang paling utama yg membuat naskah diterima?
Ada kemungkinan diterima. untuk pertanyaan nomor 2, jawabannya ada di poin 1.
Harie Khairiah: kalau untuk novel apa ada batasan minimal harus ada berapa konflik?
1 konflik utama, 1 konflik sampingan
Alfa Anisa: Pertanyaan terakhir, Mbak Rina tentunya sudah punya novel atau buku solo kan. Apakah itu juga dari terbitan diva press juga? lalu apa karakter tokoh yang kuat juga ikut menentukan naskah itu diterima apa tidak, tapi konflik dan detailnya kurang kuat?
Punya antologi dengan orang lain dan bukan terbitan diva. Ya karakter kuat itu keunikan juga.
Ernawati Herman 1. Jika naskah sudah di-acc sama Diva Press, lalu ditarik kembali oleh penulisnya padahal sudah siap cetak atau edar, itu gimana, Mbak Rina Lubis Stone? Bisakah? Apa konsekuensi buat si penulis? 2. Jika sudah pernah menerbitkan novel di Diva Press, apakah kerjasama untuk menerbitkan novel-novel selanjutnya dipengaruhi oleh jumlah penjualan novel yang pertama? Makasih jawabannya, Mbak Rina Lubis Stone.
1. Sangat disarankan untuk tidak melakukan hal itu, ini bisa jadi bumerang buat kamu ke depannya 2. Ya.
WN Rahman: Alo, Kak. Nanya, jika misalnya kita selesai menulis dan alhamdulillahnya tidak memenuhi target halaman minimal. Akankah diperjuangkan oleh editor?
Tidak, penting membaca prosedur pengiriman naskah sebuah penerbitan.
Nurfadhilah Bahar: Kak Rina Lubis Stone, apakah Diva juga menerbitkan buku-buku kumpulan cerpen atau puisi?
Puisi tidak, kumpulan cerpen hanya dari lomba aja.
Chairunnisa Suwarjo: Pertanyaan terakhir nih kak. Tentang judul. Bolehkah seorang penulis mencantumkan beberapa judul cadangan saat mengajukan naskah sebagai pilihan lain atau karena bingung memilih antara judul2 yg udah kepikiran? Haruskah disertakan juga makna, filosofi, dan perkiraan ‘nilai komersil’ dari judul2 tersebut? Aku lg mau ngajuin naskah tapi lumayan bingung juga milih judulnya nih Kak, hehe
Boleh dan silakan dijelaskan makna filosofisnya, sebagai pertimbangan redaksi
Agatha Vonilia Marcellina: Pertanyaan terakhir nih. Kalau misalnya kita membuat novel dalam 1 tahun baru selesai dan dikirimkan ke penerbit (bergenre romance). Apakah akan diterima karena romance style pasti akan berubah-ubah menurut saya? Apa setiap tahun ada perubahan ketentuan dari penerbit khususnya DIVA tentang romance style ini sehingga penulis dapat menyesuaikan? Makasih ya Kak… Sukses selalu Kak.
Jangan setiap tahun, dalam dua bulan saja bisa jadi trennya sudah berubah-ubah.

Rina Lubis Stone: Oke teman-teman makasih, luar biasa antusiasme kalian, maaf kalau ada yang keselip-keselip, bukan maksud gak mau menjawab. Pesan saya buat para penulis: berkaryalah di mana dan kapan saja. Menulislah meski itu hanya di selembar tisu, karena itu bisa jadi modal sukses kalian. Berlatihlah perkara teknik menulis dari mana saja, itu akan membuat kalian kaya diksi dan ide. Untuk Mas Koko Ferdie dan Mimin Kobimo, makasih dan dibantu via inbox, mudah2an tahun depan Festival Sastra Online KOBIMO hadir kembali dengan lebih keren lagi. Terima kasih. Dan mari malam mingguan

Sumber Blognya Koko Ferdie :D
http://kokoferdie.wordpress.com/2014/06/13/rangkuman-writer-talk-bersama-nisrina-lubis-editor-diva-press-di-kobimo/

No comments

KOBIMO@2012. Powered by Blogger.