Header Ads

SAM DAN NEGERI PERI I KCB EDISI 19 JUNI 2014




Koor: Ragiel Jepe.

Oleh : Ragiel Jepe, Anissa Dyah Pertiwi, Nicky Rysta Pratiwi, Sisca Az-Zahra, Lisma Laurel, Agatha, Diy Ara, Nungi Oktav, Aimi Mayla, Amelia Vitta Lavella, Leea Avtari, Shoma Noor Fadlillah, Devi Liandani Widjaja, Arikmah Kamal, Vie Dev dan Zi, Redy Ugeng.

Editor: Ragiel Jepe, Agatha Vonilia Marcellina dan Zahra Diyzha.



SAM DAN NEGERI PERI


Pada ulang tahun kelima belas, Sam tidak pernah menduga bahwa Ia akan mengalami hal-hal ajaib. Saat terbangun dari tidurnya, Ia dikejutkan oleh sesosok makhluk yang  hanya ada di Negeri Dongeng.
Mahluk itu sangat kecil. Ketika ia mengepakkan sayap peraknya, serbuk-serbuk emas berhamburan di udara. Ia memakai baju yang terbuat dari dedaunan. Rambut pirang panjangnya berkibar saat terkena angin.
Namanya Hera, dia adalah Peri.
“Jangan takut,” kata Peri Hera dengan suara merdunya. Sam sangat terkejut melihat keberadaan mahluk itu melayang-layang di hadapannya. “Aku bukan mahluk jahat.”
“Siapa kamu sebenarnya?”Sam bergetar ketakutan melihat mahluk itu kembali melayang mengelilingi kepalanya.“Apa yang kamu lakukan di sini?”
Mahluk itu tersenyum, ia terus melayang mengelilingi tubuh Sam. “Seperti yang kukatakan tadi manusia, aku adalah seorang peri. Namaku Hera.”
“Aku tidak percaya,” bantah Sam melemparkan sebuah bantal ke arah mahluk kecil itu. Dengan mudah peri itu menghindar. “Peri itu tidak ada, mereka hanya dongeng.”
“Jangan membohongi diri sendiri, Sam.” Peri Hera kembali melayang ke arahnya dengan lambat. “Aku tahu kamu sangat percaya dengan keberadaan peri, sebab itulah sumber kekuatan kami. Setiap satu anak yang mempercayai keberadaan kami akan menambah kekuatan kaum.”
Sam terdiam mendengarnya. Jujur dalam hati ia memang mengakui kalau peri itu memang benar-benar ada. Bukan hanya sebatas legenda.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” Peri Hera tersenyum.
 “Kami membutuhkanmu Sam.”
“Apa maksudmu?” tanya Sam tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Peri Hera. “Membutuhkanku untuk apa?”
“Pangeran Rio,” jawab Peri Hera suaranya merdu dan dalam. “Dia membutuhkanmu, dia diculik oleh Peri jahat bernama Ali. Hanya kamulah satu-satunya harapan kami untuk menyelamatkan pangeran Rio, Sam.”
“Kenapa harus aku?” Sam masih tidak begitu percaya dengan apa yang ia dengar dari peri Hera. “Aku hanya manusia biasa. Aku bukan peri seperti kalian.”
“Tersimpan sebuah kekuatan mengagumkan di dalam tubuhmu Sam,” kata Peri Hera tersenyum.“Begitu juga dengan ramalan yang ada di negeri kami.Ramalan itu mengatakan bahwa pangeran Rio akan diselamatkan oleh seorang manusia yang berasal dari Bumi, dan kami yakin jika manusia yang dimaksud ramalan itu adalah kamu, Sam.”
“Aku?” Sam mendelik tidak percaya ke arah peri Hera yang kini melayang tepat di depan wajahnya. “Tapi kenapa harus aku? Aku hanya mausia biasa, aku tidak istimewa.”
“Tidak ada waktu untuk menjelaskan hal ini, Sam.” Peri Hera mengangkat tangan mungilnya. Beberapa serbuk halus berwarna emas mengelilingi tubuh Sam hingga ia merasa seringan kapas. Tubuh Sam perlahan-lahan melayang dari atas tempat tidurnya. Terbang semakin tinggi dan tinggi.
“Apa yang terjadi denganku?” tanya Sam ketika tubuhnya semakin tinggi meninggalkan kamar tidurnya. Ini tidak benar. Bukankah tadi masih pagi? Mengapa langit tiba-tiba berubah? Langit telah berubah menjadi gelap dengan ratusan bintang-bintang yang menghiasinya. Bulan purnama bersinar sangat terang.
“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Sam ketika Peri Hera terbang tepat di sebelahnya. “Bukankah tadi pagi hari, tapi kenapa sekarang berubah menjadi malam hari?”
“Kamu sedang memasuki dunia peri, Sam,” Peri Hera kembali tersenyum. “Perbedaan waktu antara dunia manusia dan dunia peri bertolak belakang. Jika di dunia peri malam, maka di duniamu sekarang pagi. Begitu juga sebaliknya.
 Tubuh ringan Sam terbang melewati hamparan langit yang terbentang tepat di atasnya. Angin membelai wajahnya dengan lembut. Sam semakin menikmati keajaiban ini, hingga akhirnya mereka telah sampai di sebuah tempat yang diselubungi gelembung berwarna merah muda. Tubuh Sam terus melayang dan menabrak selubung itu.
Sebuah pemandangan menakjubkan terpampang jelas di hadapan Sam ketika ia mulai turun dari atas. Kakinya akhirnya kembali berpijak di tanah berumput bersama peri Hera yang kini sedang berjalan di sebelahnya.
“Bangaimana menurutmu tempat ini, Sam?”
“Ini menakjubkan,” kata Sam ketika mereka melewati beberapa rumah besar berbentuk jamur yang menyala.“Kenapa rumah mereka begitu besar?”
Peri Hera hanya tersenyum. “Kamulah yang mengecil Sam.”
Sam seolah baru tersadar bahwa ia telah mengecil, sama persis seperti ukuran peri Hera ketika ia datang ke kamarnya beberapa menit yang lalu. “Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Aku berubah jadi kecil. Oh … aku pasti sudah gila.”
“Berhentilah bersikap seperti anak-anak, Sam.” Peri Hera terus berjalan melewat beberapa rumah jamur dan sebuah gerbang melengkung yang membuka sendiri. “Nah kita sudah sampai di depan istana.” Sam tercengang melihat bangunan megah di hadapannya. Sebuah istana dengan begitu banyak menara.
“Ayo pegang tanganku!” kata peri Hera mengulurkan tangannya. “Kita akan menghadap Raja.”
Sam mengangguk dan segera memegang tangan peri Hera. Mereka mulai berjalan memasuki istana. Sam tidak henti-hentinya berdecak kagum dengan ornamen-ornamen yang menghiasi istana megah ini.
Mereka sudah sampai di depan pintu utama, ketika sepasang pengawal datang menghampiri mereka. Peri Hera berbicara dengan kedua pengawal itu dengan bahasa aneh. Tak berapa lama kemudian, akhirnya kedua pengawal itu membuka pintu utama.
Sam, kembali terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Beberapa Peri dengan pakaian dan sayap berkilau, berdiri dan tersenyum menyambut kedatangan mereka. Seorang lelaki tua berwajah cemerlang menghampiri mereka.
“Selamat datang kembali Hera,” katanya dengan suara merdu. “Kamu berhasil membawa manusia yang telah diramalkan?”
Peri Hera mengangguk. Dia berpaling ke arah Sam yang masih belum mengerti dengan semua hal ajaib ini
“Siapa namamu?” tanya lelaki itu berpaling ke arah Sam.
“Sam.” Jawab Sam berusaha tersenyum. “Apa Anda raja di negeri ini?”
Lelaki itu mengangguk. “Namaku Arthur.” Katanya memperkenalkan diri. “Ya, aku memang raja di Negeri Peri. Kamu sudah tahu alasan mengapa kamu berada di sini, Sam?”
Sam mengangguk. “Peri Hera mengatakan bahwa aku adalah manusia yang diramalkan untuk menyelamatkan pangeran Rio. Tapi aku sendiri tidak tahu siapa pangeran Rio.”
“Dia adalah anakku,” jawab Arthur suaranya berubah sedih. “Dia adalah putra mahkota kerajaan ini. Dia lah pewaris kerajaan.”
“Apa itu benar, Hera?” tanya Sam. “Jika pangeran Rio adalah pewaris kerajaan ini?”
Peri Hera mengangguk lemah. “Itu benar Sam. Pangeran Rio adalah pewaris kerajaan ini. Dia yang ditunjuk sebagai pengganti Raja Arthur.”
“Lalu apakah benar jika pangeran Rio diculik?”
Raja Arthur mengangguk. “Peri Ali. Dialah yang telah menculik pangeran Rio. Peri Ali beranggapan dialah yang seharusnya menjadi pewaris tahta kerajaan peri bukan Pangeran Rio.”
“Siapa sebenarnya Peri Ali itu? Kenapa dia begitu menginginkan menjadi pewaris tahta?”
“Dia adalah adikku,” jawab raja Arthur tampak terluka. “Dengan kata lain,  Peri Ali adalah paman pangeran Rio.”
Sam mengangguk paham mendengarnya. “Lalu, apa hubungannya semua ini denganku?” tanya Sam lagi. “Aku tidak yakin dapat menyelamatkan pangeran Rio. Aku hanya manusia biasa.”
Raja Arthur menggeleng mendengarnya. “Kamu bukan manusia biasa Sam. Namamu sudah diramalkan bahkan sebelum kamu lahir.”
Sam mengerutkan kening mendengar penjelasan Raja Arthur. “Apa maksudnya?”
Raja Arthur tersenyum mendengarnya. “Hera, cepat kamu bawa ramalan itu ke sini. Biarkan Sam mengetahui semuanya.”
Peri Hera mengangguk. Dalam sekejap ia terbang dan melesat masuk ke dalam sebuah ruangan yang ada di ujung istana ini. Tak berapa lama kemudian, Peri Hera kembali dengan membawa sebuah kotak beludru berwarna biru.
“Bukalah,” kata raja Arthur. “Bacalah apa yang tertulis di ramalan itu Hera.”
Peri Hera mengangguk. Ia mulai membuka kotak biru itu. Dan begitu kotak biru itu terbuka, Sam melihat sebuah benda berbentuk seperti bola kristal ada di dalam kotak itu. Peri Hera segera mengangkat benda itu. Benda itu berkilau dengan ukiran-ukiran huruf-huruf yang tidak dimengerti Sam.
“Bacalah,” kata Raja Arthur lagi. “Waktu kita tidak banyak, Hera.”
Hera kembali mengangguk. Ia mulai membaca ramalan yang tertulis di bola kristal itu.
Peri Hera membaca ramalan itu menggunakan bahasa peri yang tidak dimengerti Sam. Setelah beberapa detik Peri Hera selesai membaca ramalan itu, tubuh Sam tersedot ke dalam sebuah pusaran angin puyuh. Sam berteriak. Ia merasa terjatuh ke dalam sebuah lubang tanpa dasar.
Bunyi debam menyadarkan Sam bahwa tubuhnya telah menghantam tanah. Ia meringis kesakitan dengan peri Hera yang juga terjatuh di sebelahnya. Ia mengibas-ngibaskan bajunya. Dan terkejut begitu ia melihat sebuah kastil besar yang sangat mengerikan.
“Kita di mana?” tanya Sam kepada Peri Hera yang tubuhnya berkilau di tengah kegelapan.
“Kita berada di tempat di mana Pangeran Rio disekap.” Jawab Peri Hera. “Ayo kita harus cepat membebaskan Pangeran Rio sebelum semuanya terlambat.”
Sam mengangguk mendengarnya. Mereka mulai berjalan mengendap-endap memasuki kastil gelap itu dan terus memasuki jalan-jalan kastil yang menyerupai lorong-lorong batu. Hingga akhirnya sampai di sebuah pintu utama berukir sepasang ular bermata merah.
“Cepat buka pintu itu Sam!” kata Peri Hera memperintahkan. “Aku tahu pintu itu menuju tempat di mana Pengeran Rio disekap.”
Dengan jantung memburu Sam membuka pintu itu. Dan begitu ia membuka pintu itu. Baik Sam dan Hera tercekat begitu melihat apa yang ada di hadapannya.
Ratusan pasukan berjubah gelap ada di hadapan mereka. Masing-masing dari mereka memegang sebuah tombak yang sangat mengerikan. Sam dan Hera mundur beberapa langkah ketika pasukan-pasukan itu berjalan mendekat ke arah mereka dengan tombak terarah kepadanya.
“Aku sudah menduganya.” Sebuah suara congkak bergaung di tempat itu. “Aku sudah menduga jika kalian akan datang ke tempat ini.”
“Ali.” Kata Peri Hera tubuhnya semakin berkilau. “Cepat bebaskan Pangeran Rio!”
Peri Ali tertawa dingin. “Membebaskan pangeran payah itu,” cibirnya meludah di lantai. “Itu tidak akan terjadi, Hera.”
Sam yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya angkat bicara. “Cepat serahkan Pangeran Rio itu! Atau kami akan mengambil secara paksa dari kalian.”
Peri Ali kembali tertawa mendengar ancaman Sam. “Inilah manusia yang telah diramalkan itu?” katanya mencibir ke arah Sam. “Manusia payah ini.”
Sebuah kilatan berwarna merah langsung menghantam tubuh Peri Ali sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Hera. Dia mengangkat tangan kanannya, dia lah yang telah menyerang Peri Ali terlebih dulu.
“Baiklah kalau kamu yang memulai Hera. ”Peri Ali maju selangkah setelah ia terkena serangan peri Hera. ”Kalian berdua akan mati di sini.”
Peri Ali memperintahkan pasukannya untuk menyerang mereka. Sam yang terkejut bukan kepalang segera siaga begitu beberapa pengawal itu menyerang dengan tombak-tombak yang dibawanya. Sam mulai merasa kehangatan mengaliri tubuhnya. Ia merasa tubuhnya sangat ringan. Entah dari mana datangnya kekuatan ini. Sam dengan mudah menghindari serangan-serangan pengawal itu. Bahkan ia bisa mengeluarkan sebuah kilatan dari kedua tangannya, dan menghantam pasukan itu hingga mereka roboh.
Sementara itu, Hera dan Peri Ali terus bertempur dengan sengit. Kilatan-kilatan keluar dari tangan mereka dan menghancurkan kastil ini. Reruntuhan menghujani tubuh Sam yang masih terus menghindar dari serangan beberapa pengawal itu. Tubuh Peri Hera terlempar menghantam tembok begitu terkena serangan dari Peri Ali. Peri Hera memekik mengerikan begitu Peri Ali terus menyerangnya.
“Hentikan!” Seru Peri Ali mencekik Peri Hera yang terluka parah. “Hentikan pertempuran ini manusia atau kamu akan melihat dia mati!”
Sam berhenti bergerak. Matanya tertuju pada Hera yang tergolek lemah di tanah, entah pingsan atau mati.
“Bunuh dia!” kata peri Ali kepada beberapa pasukannya. “Aku hanya membutuhkan manusia ini.”
Sam menjerit ngeri begitu tubuh peri Hera menggeliat kesakitan mendapat serangan dari pengawal-pengawal kejam itu. Sementara Peri Ali hanya tertawa senang melihat peri Hera yang sedang disiksa. Sam mulai merasa kemarahan menguasai dirinya. Ia menggeram mengerikan, dengan kobaran api yang menyelimuti diriya. Peri Ali melangkah mundur melihat apa yang terjadi pada diri Sam.
Sam meraung mengerikan melihat tubuh Hera yang bersimbah darah. Ia mengangkat tangannya, dan dalam sekejap peluru api meluncur ke arah pengawal-pengawal yang tadi menyiksa Hera. Pengawal itu menggeliat kesakitan begitu tubuh mereka dibakar. Hingga akhirnya berubah menjadi abu.
Peri Ali tampak ketakutan menyadari situasi di luar perhitungannya ini. Ia berlari mencoba menghindari serangan-serangan Sam. Namun gagal. Peri Ali akhirnya terkena serangan itu. Tubuhnya terbakar, dan beberapa detik kemudian ia telah berubah menjadi abu.
Peri Hera kembali tersadar dan tersenyum ke arah Sam. Perlahan namun pasti, tubuh peri Hera mendadak sembuh dengan sendirnya. Luka-luka di tubuhnya lenyap sempurna.
“Kita berhasil melakukannya,” kata peri Hera memeluk Sam. “Kamu memang manusia yang luar biasa Sam.”
Sam tersenyum mendengarnya. “Ayo kita cepat bebaskan pangeran Rio.”
Pengeran Rio telah berhasil dibebaskan. Sam dan Hera membawa kembali Pangeran Rio ke istana. Raja Arthur memberikan hadiah penghormatan kepada Peri Hera karena telah menyelamatkan Pangeran Rio.
“Apa yang kamu inginkan manusia?” tanya Raja Arthur tersenyum berterima kasih kepada Sam. “Apa pun akan kami berikan kepadamu sebagai ucapan terima kasih.”
“Aku hanya ingin kembali ke duniaku,” jawab Sam parau. “Apa Anda bisa mengabulkan itu?”
“Tentu.” Jawab Raja Athur. “Tapi kalau suatu saat kamu ingin berkunjung ke negeri ini lagi. Sebut saja nama Hera. Maka dia akan menjemputmu.”

“Wah itu pasti menyenangkan,” kata Sam tersenyum. “Suatu saat nanti aku pasti akan kembali ke sini.” Begitu Sam mengucapkan kalimat itu. Sebuah cahaya menyilaukan seolah menyedot tubuhnya, mengantarkannya kembali ke dunia manusia.

2 comments:

KOBIMO@2012. Powered by Blogger.