PERSEKONGKOLAN UPIL KCB KCB Edisi 6 FEBUARI 2014
Judul:
Persekongkolan Upil
Karya : Zahra Diyzha, Arief
sang orrion, Albertus Andi Shindunata, Rezoum Original, Koko Ferdie, WN
Rahman , Yami No
Sora, Arniyati Shaleh, Yhati
Melody, Raysa Zahra II, Saniah Zie, Adam Yudhistira, Arisa Erizawa, Ratih
Apriani, Lisma Laurel, Maya Lestari Gf, Alfa
Anisa, Arisa Erizawa, Suparman Gnd, Adam
Yudhistira, Andrean Putra.
Namaku Zoum, tetapi teman-temanku memanggilku dengan sebutan yang
sama sekali lain karena wajahku yang kotak menyerupai kaleng biskuit.
Aku jomblo
sejak dua tahun lalu, setelah ditinggal pacar berwajah bulatku yang bernama
Ulfah. Dia meninggalkanku tanpa surat pemberitahuan sama sekali. Sekarang, aku
sedang berjalan di jalan move on.
Dan tepat hari ini, kisah cinta baruku dimulai. Dari sebuah KTP
yang kutemukan jatuh di dekat roda grobak somay. KTP cewek berwajah lonjong.
Wah, cantik. Namanya Figiana.
"Buset dah! Nih, cewek cakep beneeer.
Biar kata cuma pas foto doang mah, kagak ade salahnya juga nih, ane gebet kali
yak," celotehku sendirian, sok keren.
"Siapa brot?" tanya Opik nggak
jelas, mulutnya yang lebar itu dipenuhi tahu.
"Ini nih, gue nemuin KTP," kuperlihatkan
pada Opik, "Nih, Bray, lu lihat dah. Cantik banget pan yak?" Ujarku,
norak.
"Wah, Wah!
mantep bener tuh hidung, lancip bak artis India!" Opik berdecak kagum.
Direbutnya KTP itu dari tanganku.
"Dih, kayak Artis India apaan!” Aku tipuk
kepala gundul Opik, Si Indiaper. Kurebut kembali KTP itu, lalu berkata dengan
suara ngotot , makin norak. “ Kayak San-Chai tauuuk!"
"Edeh, sejak kapan sancai hidungnya
mancung? Um!" Opik masih bersikukuh, "lihat dong mirip Kajol!"
"San-Chai Operasi plastik kresek tahun
lalu, elu mah kudet! "ucapkuku nggak mau ngalah.
"Berisik banget sih, ada apa toh?"
Penjual somay menepuk bahuku, ingin tahu apa yang sedang kami bicarakan.
Aku sedikit
terkekeh mendengar pertanyaannya. Ternyata penjual siomay pinggir jalan
rata-rata selalu menanyakan topik yang dibicarakan oleh pembelinya. Aku
perlihatkan foto di KTP itu pada penjual somay. Kali-kali aja dapet Siomay
gratis, modus. Mata Penjual somay itu kontan melotot.
"Huaa, ini sih mirip Jupe, bibirnya sexy
bener, pantes dijadiin bini kedua nih!"
“Aduh, Inget umur bang!” kata Opik. “Inget!
Inget!”
Penjual somay itu terkekeh, giginya yang tinggal
dua itu kelihatan mengkilap. Setelah kami membayar somay yang kami makan, kami
pun pergi. Namun baru beberapa langkah, sebuah suara menghentikan langkah kami.
"Maaf bang liat KTP jatuh nggak?"
Kami menoleh ke belakang, sekejap kami
terkejut melihat cewek yang lagi bertanya pada penjual somay. Itu cewek mirip
sama foto di KTP.
"KTP, mending nanya sama anak-anak itu deh? mereka lagi ngeributin si Jupe,"
ujar Abang Siomay menunjuk ke arah kami.
Sial, Bang Siomay enggak bisa diajak kompromi.
secepatnya aku dan Opik lari, lalu ngumpet di belakang pohon. Kami mengamati
betapa cantiknya cewek itu, dilihat aslinya dia lebih cantik dari pada Keyzia Chan, pacar Si Opik. Mati, celanaku sobek lantaran jongkok terlalu cepat.
Cewek cantik yang aku ketahui namanya Vigiana
itu mengacak rambutnya frustasi mencari keberadaan kami.
"Gila ya, kita baru saja menemukan KTP.
Gak lama, orangnya nongol. Menurut lu itu cuma kebetulan atau..” Opik mulai
ngoceh dengan suara dipelankan.
“Jodoh gue mungkin, Hahaha!” Aku tertawa. Opik
langsung bekap mulutku yang kelepasan.
"Woy pada ngapain ini?" cewek itu
menemukan keberadaan kami.
"Eengg .. Emhhh, temen gue nih mo
eek," Jawabku salah tingkah. Aku mengatupkan kaki agar robek di celana tak
terlihat.
Cewek itu nampak bingung, aku berbisik pada
Opik, "Mending kita umpetin dulu KTP-nya, biar kita tau alamatnya. Dia cantik
bener!"
Opik terdiam sebentar dan akhirnya mengangguk
mantap."Iya aku mau eek, mau bantuin?" Opik tersenyum aneh. Nih orang
dodong bener pura-puranya.
“Kok di bawah pohon?”
“Oh, kalo itu dia keinget nenek moyangnya,
Piterekantropus palane megatopus!” jawabku asal-asalan. Gara-gara ngomong
manusia purba, aku jadi keinget nilai sejarahku saat SMA. Jauh di bawah KKM.
Cewek itu hanya mengangguk-angguk, paham atau
tidak. Entahlah, itu urusan dia.
"Ya udah, kami pergi yah? nih temenku dah
nggak kuat nahan, pengin cepet-cepet ngeden!" kami berlari sambil
melambaikan tangan.
Di
sela-sela misi pelarian kami itu, aku dengar Opik sempat kentut berkali-kali.
Gila! Baunya!
*
Aku dan Opik
bersiasat untuk ngegebet cewek yang
namanya Vigiana itu. Rapat dadakan pun
diadakan di bawah pohon mangga, belakang rumah Opik. Kami sibuk nyari ide
cemerlang untuk menaklukkan hati si cewek pemilik KTP.
"Menurut
lu, apa yang kudu gue lakuin, Pik?" tanyaku sambil ngunyah sendal jepit,
aeh, maksudku biskuit.
“Ya, nyari
dukunlah. Cara mudah dan instan.” Jawabnya sok bijaksana.
"Dukun
apaan? Gue udah trauma sama dukun kayak gitu, Pik! Takut diapa-apain gue!"
"Tenang ajeee, Zoum. Paling dienyot dikit
ubun-ubun lu." Opik ngakak ngeliat ekspressiku yang pucat mirip pantat
bayi. "Halah, demi cewek men!"
"Ah, emang lo tau dukun yang handal"
kataku tertarik.
"Hari gini
kagak tau, bego lu, Kotak! Tinggal BBM in aja tuh dukun, pasti dateng
kok." Opik tersenyum lebar.
"Oh yah, Mbah
Pandir kan
dukun! dia hebat banget tuh? kemarin aja si Mimin langsung jatuh cinta sama
Andi!" Lanjut Opik senang.
Mimin dan Andi sekarang jadi sepasang kekasih
di KBS (kebun binatang Surabaya) karena, bantuan Mbah Pandir.
"Okelah, mana pin BB tuh dukun Pandir,"
kataku cepat.
"Bentar-bentar, gue cari dulu." Opik
membuka seleting celananya dan mengeluarkan hapenya dari tempat rahasia itu.
"Yaaah, oke deh. Demi si Eneng Vigiana,
dienyot ubun-ubun abang jabanin, dah!" jawabku bersemangat. Tiba-tiba
terdengar 'PRET' kontan aku bangkit.
"Pik, kira-kira lu kalo mau kentut!"
dampratku sewot.
*
Sore itu, kami sepakat berkunjung ke rumah Mbah
Pandir. Dukun yang terkenal dengan sebutan Dukun Lopyu pull. Semoga, gue gak diapa-apain kayak berita di
BBM kemarin. Aamiin, desahku. Tenang saja, aku sudah pakai kancut doubel. Pasti
aman.
Rumah Mbah Pandir di pinggir empang dengan
banyak sekali ‘pisang’ mengambang. Astaga, baunya persis kentut Opik. Jelas,
karena itu Mbah Pandir tidak memiliki tetangga.
Kami belum sempat mengetuk pintu rumah Mbah Pandir,
namun pintu itu terbuka sendiri. Dukun sekarang modern, pintu rumahnya udah
kaya lif; otomatis kebuka kalo ada orang.
"Ada apa ini?" Seorang laki- laki
yang usianya sekitar separuh abad dengan jenggot putih yang panjang dikepang dua, tampak dari balik pintu yang terbuka.
Wow, aku terpana melihat Mbah Pandir. matanya
bukan di sedo hitam tapi pink, bibirnya di lipstik merah menyala. ini dukun
beneran, apa banci?
Kami terkekeh sebelum pemilik mata tajam itu
berdehem sambil menyibakkan rambut gimbalnya.
"Ehmm anu
ini mbak eh mbah dukun, ini temen saya.." Aku sikut lengan Opik.
"Idih, bukannya lu yang mau
nyantet!" Opik menjenggol balik lenganku. jujur sekarang aku ketakutan,
dukun ini lebih mengerikan dari pada yang kubayangkan.
Walaupun penampilannya kaya banci, tatapan
dukun itu mirip Dedi Kobuset. Kami merunduk dalam-dalam, sulit berkata-kata.
"Silahkan masuk dan silakan duduk!" suruh Mbah
Pandir sambil ngupil. Mbah Pandir menyilangkan kakinya.
Aneh sekali, meja di depan kami hanya ada
sebuah laptop. Mana kemenyan, bola kristal, kembang tujuh rupa, dupa dan
kawan-kawannya? Oh lupa, sekarang yang paling hebat bukan benda-benda itu, tapi
Mbah google-lah yang terhebat.
"Kau yang BBM aku kemarin?" tanya si
Mbah. Sementara jari telunjuknya terus bermain di lubang hidungnya. Lalu, si mbah
memasukkan telunjukknya ke dalam gelas kaca berisi air putih. "Ini,
silahkan minum!" ujar Si Mbah kepadaku.
"Minum, Mbah?" tanya Opik bego. Dia
melirik aku dan Mbah Pandir bergantian.
"Minum! Ya, minum, masak dimakan?" hardik Mbah Pandir sambil berkedip nakal padaku.
"Minum! Ya, minum, masak dimakan?" hardik Mbah Pandir sambil berkedip nakal padaku.
Aku menatap isi gelas itu melihat upil-upil
mengambang indah. Kutenguk air ludahku, sementara Opik menahan tawanya. Aku
bergidik ngeri. Mana mungkin meminum gelas dengan butir-butir jijik itu? Ya
sudah, tak apa-apa. Yang penting, dengan meminum cairan yang banyak kandungan
Magnesiumnya itu, aku bisa pacaran dengan Figiana.
Opik menyenggol lenganku, "Lu yakin, mau
minum itu?"
Aku mengangguk ragu-ragu. Sambil menutup
hidung, aku meminumnya. Perutku mendadak mual saat air bercampur upil itu
mengalir di ususku. Kalau bukan karena Figiana tak akan aku menuruti dukun gila
ini
"Sayang ...!" ucap seseorang saat
pintu terbuka otomatis. kulihat Figiana berdiri di sana. wow ampuh sekali, baru
beberapa detik langsung manjur.
Figiana berlari cepat ke arah kami, semakin
dekat. dan ... menubruk tubuh dukun Pandir. "Sayang aku kangen
kamuh!"
Aku dan Opik saling berpandangan heran. Apa
Mbah Pandir salah mantra? Feeling-ku
tak enak melihat Figiana bergelayut mesra di lengan Mbah Pandir. Jadi, OH NO!!
Opik mengerdipkan sebelah matanya memberikan isyarat padaku untuk bergegas
pergi.
"Lu-lu pade mau melet bini gue, ha!"
Mbah Pandir bangkit dan mencabut samurai yang melintang di dinding rumahnya .
Apa maksud dukun Pandir itu? Apa dia memang
sengaja merencakan kejadian ini? Buat apa si dukun tua itu memanfaatkan kami?
Aku bingung bo! Pembaca juga pasti bingungkan?
"A--ampun, Mbah." ratapku dan Opik
ketakutan, sementara Figiana berlari menutup pintu.
"Asik ada makan malam enak, nih!"
Figiana mendelik ke arah kami.
“Kangmas, sudah siapkan bumbu, Dinda.” Kata
mbah Pandir sambil menerbangkan upil-upilnya ke arah kami. Kami segera
menghindar. Ciat ciat ciat!
Segera aku melihat alamat yang tertera di KTP
Figiana. Teryata alamatnya tepat di rumah Mbah Pandir. Jadi, mereka
merencanakan semua kejadian ini. Kulihat Figiana juga sedang mengupil. Aku dan
Opik harus cari cara untuk kabur dari tempat ter-upil ini!
Kami panik, mereka bergantian menaruh upil di
ujung samurai lalu menodongkannya ke arah kami.
"Panggil 008, Selairmoon, Inuyasa,
Sepiderman, Joko tingkir, sapa aja deh cepetan!!" Opik gelagapan.
“Gue nggak punya nomor BBMnya!”
Dukun pandir terus menodongkan samurainya dan Figiana keprok-keprok sambi terus ngupil. Tiba-tiba seorang muncul ketika pintu
rumah terbuka otamatis. Silau hingga sulit sekali kukenali sosok pahlawanku
itu. Oh teryata! -_-
Selesai... :p
Post a Comment