Lupakan Cinta | KCB | 4 Juli 2013
LUPAKAN CINTA
Oleh: KOBIMO
Editor: Koko Ferdy
♫ Kekasihmu tak mencintai
Dirimu sepenuh hati ♫
Umirah berlari sekuat tenaga menjauh dari Cafe. Tangisnya pecah bersama
turunnya hujan yang semakin deras. Isaknya tak tertahan lagi, tubuhnya yang
kurus kecil menggigil dengan jalannya yang semakin gontai.
Perasaan Umirah begitu hancur kali ini. Godam itu menghujam tepat ke ulu
hatinya dan terasa begitu nyeri.
Sebuah payung tiba-tiba menaunginya dari arah belakang. Umirah terkejut, ia
lantas mengangkat wajahnya perlahan. Cowok itu...
“Loe?”
***
♫ Dia selalu pergi
Meninggalkan kau sendiri ♫
Siang ini kantin sepi, hanya terlihat beberapa mahasiswa yang berseliweran
silih berganti. Redy kesal karena sedari tadi merasa tak diperhatikan oleh
cewek di sampingnya.
“Denger-denger, loe jadian ya sama si Hengki?” tanya Redy serius seraya
merampas snack dari tangan Umirah.
Bibir Umirah manyun seketika, sedikit jengkel dengan tindakan sahabatnya
barusan.
Dia kembali merebut makanannya dan
berkata, “Eng ... nggak sengaja.”
Redy mengangkat alisnya, mulai tertarik dengan topik pembicaraan kali ini. Ia lantas
berpindah kursi tepat di hadapan Umirah yang sedang mengunyah snack dan sibuk bermain di depan notebook-nya.
“Kapan kalian jadian?”
Belum sempat menjawab. Sesosok cowok maskulin dengan mata sendu datang
menghampiri mereka.
“Sudah selesai kuliahnya, Sayang?” tanya Hengki seraya mencium kening
Umirah.
“Sudah, kok." umirah menjawab singkat dan memasukkan notebook-nya ke dalam tas.
Redy hanya duduk diam memerhatikan keduanya dari sudut kacamata munusnya.
"Aku mau ngajak kamu ke toko buku, kamu bisa nggak" Hengki lalu memutuskan
duduk di samping umirah.
Umirah belum mengiyakan permintaan kekasihnya. Dia terlebih dulu melirik ke
arah Redy, meminta pertimbangan darinya. Namun Redy hanya mengangkat bahu, yang
Umirah tahu itu berarti terserah.
"Gimana sayang bisa, kan?" ulang Hengki sekali lagi.
"Oh, ya, ayuk ....” kata Umirah yang langsung berdiri. “Aku tinggal
dulu ya, Dy. Lanjutin belajarnya jangan makan mulu!"
Umirah tertawa kecil dan Hengki secara naluriah menggandeng tangannya,
membuat rona pipi Umirah memerah seketika.
Redy masih terpaku bisu menyaksikan kemesraan mereka. Ada dorongan untuk
mencegah Umirah pergi, namun di sisi lain dia juga ingin melihat sahabatnya
terhibur dengan kehadiran Hengki di hidupnya, bukan hanya menjadi kutu buku
seperti dirinya. Namun di lain pihak hatinya tak merelakan itu.
Bukankah sahabat tetaplah harus menjadi sahabat?! rutuknya dalam hati.
***
♫ Mengapa kau mempertahankan
Cinta pedih menyakitkan ♫
Keesokan harinya, Redy sedang berbelanja buku di toko langgananya. Matanya
tak sengaja menangkap siluet seseorang yang dia kenal. Dia sedikit tak percaya
dan menamatkan wajah orang itu sekali lagi.
Dia membatin. Bukankah itu Hengki? Dan cewek yang bersamanya itu siapa?
Jelas-jelas itu bukan Umirah. Gue kenal Umirah sejak kami duduk di bangku SMP.
Apa Hengki selingkuh?
Pikiran yang bukan-bukan itu membuat Redy semakin penasaran, tanpa pikir
panjang lagi dia mengikuti aktivitas Hengki detik itu juga. Dia berjalan
mengendap-endap, bersembunyi di antara tumpukan rak buku. Dia tak ingin
ketahuan Hengki. Untung saja suasana toko buku itu cukup ramai. Diperhatikan
gerak gerik Hengki bersama seorang cewek bertubuh tinggi dan berambut sebahu
itu tampak begitu mesra memilih buku yang diselingi canda tawa.
Redy langsung mengambil handphone-nya
di saku kemeja. Mengontak nomor Umirah dengan cepat yang tak berselang lama
langsung terdengar suara. “Hallo, ada apa?”
“Gue ke rumah loe sekarang, penting!”
***
♫ Kau masih saja membutuhkan dia
Membutuhkan dia .... ♫
Redy melajukan motornya dengan cepat. Hatinya masih tak percaya dengan
pemandangan yang ia lihat di toko buku tadi. Hatinya terasa teriris melihat
Hengki yang berstatus sebagai pacar Umirah mencurangi cinta tulus sahabatnya
itu.
"Ada apa sih, loe kayak orang kesetanan telepon gue tadi?" ejek
Umirah saat motor Redy
parkir di halaman rumahnya.
Redy mengatur napasnya. "kita masuk rumah dulu yuk panas nih di luar."
Dia mengajak umirah ke dalam rumah sambil berpikir kata kata yg tepat untuk
memberi tahu Umirah tentang kejadian tadi di toko buku
Umirah mengangguk setuju.
Dia kemudian melangkah ke dapur untuk mengambilkan segelas air putih.
"Nih minum! Loe kayaknya gugup banget, ada apa? Tadi juga telpon tiba-tiba
dan ngomong ada yang penting" umirah duduk didepan redy sambil menaruh air
yang dibawanya.
"Eng, tapi loe jangan marah ya. Bukan maksud gue buat ngerusak
hubungan kalian. Tapi inilah yang gue lihat."
Umirah mengernyit bingung. "Loe ngomong apasih? gue nggak ngerti,
serius.”
Redy sedikit berhati-hati mengatakannya. "Tadi gue lihat Hengki
berduaan dengan cewek di toko buku mesra
banget."
"Bercanda, paling itu sepupunya." Umirah tertawa merasa candaan
dari Redy seakan dibuat-buat.
"Sudah gue duga, pasti loe nggak akan percaya, awalnya gue juga
ngerasa gitu. Tapi setelah gue ikutin terus, mereka tambah mesra."
Tawa Umirah mereda, dia terdiam mendengar perkataan Redy. Mendadak hatinya
menjadi gelisah tak menentu.
“Loe bohong, kan?” tanya Umirah menghibur dirinya sendiri.
“Gue sahabat loe, nggak ada sahabat yang mau melihat sahabatnya sendiri
tersakiti.”
Suasana hening menyelimuti ruangan, mereka terdiam. Redy menundukan
kepalanya, merasa bersalah mengatakan hal itu, terlebih saat melihat genangan
air di mata Umirah mulai turun membasahi pipi. Dia tahu Umirah memiliki
perasaan yang teramat sensitif.
“Maafin gue.” ucap Redy akhirnya.
Umirah menghapus air matanya dan berkata dengan suara terputus-putus disela
isaknya. “Dalam sejarah apa pun, sahabat nggak akan pernah berbohong.”
***
♫ Kau… harusnya memilih aku
Yang lebih mampu menyayangimu
Berada di sampingmu ♫
Umirah duduk di sudut cafe, dari sini dia bisa melihat siapa saja yang
keluar masuk Cafe. Sudah satu jam dia duduk di sini memerhatikan pasangan yang
lalu lalang di dalam cafe ini. Tiba-tiba saja napas Umirah tercekat, karena
diseberang sana dia melihat Hengki masuk ke Cafe dan parahnya lagi dia bergandengan
mesra dengan seorang cewek yang tidak dikenalnya? Gadis itu bukan Fina,
sepupunya Hengki.
Logika Umirah langsung berjalan, bukankah tadi Hengki mengatakan bahwa dia
akan menghadiri acara keluarga? Tapi mengapa dia ada disini ? Dan siapa gadis
itu?
"Sayang, kapan kamu akan memutuskan gadis udik itu? Aku ingin kamu
hanya jadi milikku seutuhnya" gadis itu bergelayut manja di lengan Hengki.
"Sabar sayang, aku masih butuh dia. Dia satu-satunya kunci untuk
menuju kesuksesan kita. Apabila kita telah sukses,aku akan mencampakkannya. Dan
aku hanya akan mrnjadi milikmu seutuhnya" sahut Hengki serambi mengelus
rambut gadis itu.
"Hengki !"
"U ... umirah?!" ucap Hengki setengah terpekik.
"Jadi benar, kamu cuma memanfaatkan aku, karena papaku produser?! Jadi
kamu tidak benar-benar mencintaiku? Kamu jahat Hengki! Aku benci kamu!"
Dia berlari sekuat tenaga menjauh dari Cafe. Tangisnya pecah bersama
turunnya hujan yang semakin deras. Isaknya tak tertahan lagi, tubuhnya yang
kurus kecil menggigil dengan jalannya yang semakin gontai.
Perasaan Umirah begitu hancur kali ini. Godam itu menghujam tepat ke ulu
hatinya. Terasa begitu nyeri. Tak disangkanya, jika cowok yang dia cintai
sepenuh hati hanya memanfaatkannya.
Sebuah payung tiba-tiba menaunginya dari arah belakang. Umirah terkejut, dia
lantas mengangkat wajahnya perlahan. Cowok itu ....
"Redy?"
Redy mengalihkan pandangannya dan berkata dengan intonasi tinggi. "Loe
mau sakit hujan-hujanan begini, hah?!"
Sekonyong-konyongnya Umirah menubruk tubuh Redy dan menangis di pelukannya.
Redy hanya bisa diam dan mengelus rambut Umirah. Biar hujan yang melarutkan
semuanya. Biar hujan yang akan meluruhkan rasa ini.
“Harusnya loe memilih gue.” bisik Redy lirih
Terkadang cinta itu datang dari orang terdekat.
♫ Kau … harusnya memilih aku
Tinggalkan dia, lupakan dia
Datanglah kepadaku ♫
(Harusnya Kau Pilih Aku – Terry)
Penulis cerita: Koko Ferdie, Reyhan M Abdurrohman,
Safitri
Conanian Hirawling, Anjani Anil Hawa, Yani Suryani, Khalida Fikriyah, Dicha
Senja, Lutfi Pradita, Jaimbum Nur Sakata, Luluk Tri Juwariah, Kiki Frizzly
Wardhana, Merlyn ArLiinto GiooNino dan Dwi
HaDi Harun. ^^
Post a Comment